Wednesday, February 24, 2016

Sejarah Silat Bandrong



Sejarah Pencak Silat Bandrong
Alkisah pada masa sebelum kesultanan Banten, di salah satu lereng Gunung Santri diujung Kali Capit (sekarang kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang) telah menetap seorang sesepuh yang bernama Ki Beji alias Syekh Abdul Khofi yang bernama asli Ki Agus Jo. Ki Beji mengajarkan agama islam kepada santri dan murid-murid. Beliau juga mengajarkan jurus-jurus silat ditempat beliau bermukim yaitu gunung bongkok, Sumurpitu. Diantara murid beliau dua orang murid utamanya adalah Ki Sarap (Ki Asyraf) dan Ki Ragil yang berasal dari kampung Gudang Batu Waringin Kurung.
Pada suatu hari Ki Beji berjalan-jalan menyusuri pesisir sampai dengan Karanghantu untuk mencari ikan. Di suatu tempat Ki Beji secara tidak sengaja melihat seorang puteri yang sedang mandi diantara terumbu karang di Karanghantu, dan pakaian puteri tersebut tersampir dibebatuan karang. Dalam kebimbangannya Ki Beji pun mengambil pakaian sang puteri tersebut. Dan ternyata wanita tersebut adalah puteri dari negeri bangsa jin, yang tidak dapat kembali ke alamnya dikarenakan pakaiannya telah diambil oleh Ki Beji. Ahirnya dalam kesepakatan mereka berdua, Ki Beji akan mengembalikan pakaian apabila sang puteri bersedia menikah dengannya. Ahirnya Ki Beji menikah dengan puteri jin yang diberi nama Siti Chodijah dan menetap di suatu kampung yang sekarang ini dikenal sebagai Kampung Terumbu. Dari perkawinannya tersebut Ki Beji dikaruniai tiga orang anak, dua laki-laki dan satu perempuan, yaitu Tanjung Anom (anak pertama), Tanjung Rasa (anak kedua), dan anak ketiga Siti Badariyah atau Nyi Melati. Anak yang ketiga inilah yang dipersunting Sultan Hasanudin menjadi istrinya dikemudian hari. Di kampung terumbu inilah ahirnya Ki Beji menghabiskan hidupnya sambil mengajarkan ilmu silat Bandrong. Sebelum ajalnya beliau berpesan agar tempat asal beliau yaitu di lereng Gunung Santri di ujung kali Capit untuk diberi nama Kampung Beji. Jadi pencak silat yang dikembangkan di Terumbu dan Beji (daerah sekitar Bojonegara) berasal dari satu guru yaitu Ki Beji.
                Perkembangan silat Bandrong di daerah Bojonegara dilakukan oleh dua orang kakak beradik yaitu Ki Sarap (Ki Asyraf) dan Ki Ragil. Dikisahkan pada saat kesultanan Banten sudah berdiri dengan sultannya Maulana Hasanudin, terjadi perselisihan antara senopati kerajaan yang bernama Ki Semar dengan Ki Sarap. Bentrokan fisik tidak dapat dihindari dari perselisihan ini. Di satu tempat antara Balagendong dan Kampung Kemuning, keduanya mengadu ketangkasan dan kesaktian ilmu silatnya. Dikarenakan mereka berdua sama – sama kuat, tangkas dan sakti kanuragan, perkelahian itu berlangsung sejak sebelum dzuhur sampai sore menjelang magrib. Ki Sarap telah mengeluarkan seluruh kemampuan silat Bandrong, semua jurus, kelit, seliwa kurung, lima pukul, sepak kombinasi, sodok dan seribu satu langkah telah dikeluarkannya. Tapi Ki Semar juga sama tangguhnya. Pada ahirnya pertarungan dapat disudahi oleh Ki Sarap dengan berhasil memenggal kepala Ki Semar dengan menggunakan golok pemberian Ki Ragil kakanya. 
Peristiwa terbunuhnya Ki Semar oleh Ki Sarap membuat marah Sultan Hasanudin. Ahirnya Ki Sarap pun ditangkap pihak kerajaan dan dijatuhkan hukuman mati di tiang gantungan. Tapi ahirnya atas usulan sang permaisuri dengan pertimbangan bahwa pertarungan itu adalah karena membela diri, bukan semata-mata karena pembunuhan. Dan juga dengan pertimbangan kerajaan membutuhkan orang-orang gagah berani, kuat dan berilmu silat tinggi, ahirnya Ki Sarap bebas dari semua hukuman dengan lolos dari ujian yang diberikan oleh  Sultan Hasanudin terlebih dahulu. Dengan kesaktian dan ketinggian ilmunya tersebut Ki Sarap menggantikan posisi Ki Semar sebagai seorang senopati. Kemudian Ki Sarap diberi gelar kehormatan yaitu ” SENOPATI NURBAYA ”.
Senopati Nurbaya yang kemudian dikenal Ki Urbaya menjalankan tugas utamanya untuk mengamankan wilayah laut jawa terutama teluk banten dan pelabuhan Karanghantu. Beliau bermarkas di ” BOJO – NAGARA ” untuk menghadapi para bajak laut yang mereka sebut BAJAG – NAGARA, para bajak laut itu bermarkas di Tanjung. Karena tugasnya selalu menjaga laut, akhirnya nama Ki Sarap lebih populer dengan gelarnya : ”KI JAGABAYA” atau ”KI JAGA LAUT”. Saat usianya menjelang senja, Ki Patih Nurbaya menyadari tentang pentingnya kaderisasi atau generasi penerus. Beliau berniat menurunkan ilmunya terutama ketangkasan khusus yaitu ilmu beladiri ” Pencak Silat Banten” yang disebutnya ” Bandrong” , ilmu itu secara khusus diturunkan kepada putra Sultan Maulana Hasanudin, selanjutnya para punggawa dan prajurit serta murid – muridnya yang berada di Pulokali dan Gudang batu Waringin Kurung.
Selanjutnya pendidikan ketangkasan dan kedigjayaan itu dipusatkan di Pulokali dan dibina langsung oleh kedua kakak beradik Ki Sarap dan Ki Ragil. Disanalah mereka berdua menghabiskan masa tuanya, kemudian setelah dipangil menghadap Yang Maha Kuasa, mereka berdua dimakamkan di pemakaman umum di daerah Kahal wilayah Kecamatan Bojonegara. Hingga sekarang tempat itu dikenal dengan sebutan ” MAKAM KI KAHAL” dan alhamdulillah sampai sekarang banyak masyarakat yang datang mengziarahinya terutama para pesilat Bandrong yang saat ini sudah menyebar di lima propinsi di Indonesia.
Asal Usul nama Silat Bandrong.
Mengingat kesetiaan masyarakat di kawasan Gunung Santri, Gudang Batu, dan Pulokali terhadap Kesultanan Banten, maka diresmikanlah Bojonegara artinya Bojone Negara ( istri negara ). Sedangkan silat asli Banten diberi nama BANDRONG, diambil dari nama jenis ikan terbang yang sangat gesit dan dapat melompat tinggi, jauh, atau dapat menyerang keras dengan moncongnya yang sangat panjang dan bergerigi tajam sekali, sehingga ia merupakan ikan yang sangat berbahaya, sekali serang dapat membinasakan musuhnya. Ki Patih Jaga Laut atau patih yang selalu melanglang buana menjaga laut, sangat menyukai dan sering memperhatikan ikan tangkas gesit ini dan juga jangkauan lompatan jarak jauhnya dan hal itu benar – benar mempesonanya. Sehingga akhirnya beliau mengambil nama ikan itu untuk memberi nama ilmu ketangkasan beladiri yang dimilikinya dengan nama ” PENCAK SILAT BANDRONG” karena tangkas dan gesit serta berbahaya seperti ikan Bandrong.

3 comments:

  1. Apa makna dari lambang dan warna yg ad pada logo pencak silat Bandrong?

    ReplyDelete
  2. Apa makna dari lambang dan warna yg ad pada logo pencak silat Bandrong?

    ReplyDelete
    Replies
    1. maaf ka saya hanya memposting sekitar 1 tahun yang lalu untuk kelulusan smk jadi saya mengambil tema tentang pencak silat di kasih waktu 2 bulan untuk 80 postingan

      trima kasih sudah berkomentar jika ada yang kurang mohon kritik dan saran nya ka
      #salamolahraga

      Delete

Jika anda ingin berkomentar , berkomentarlah dengan bahasa yang sopan tidak diperkenankan dengan bahasa kasar dan jika saya ada kesalahan pada blog tolong sampaikan