Thursday, February 25, 2016

Perkembangan Pencak Silat Bandrong dari Masa ke Masa


Sekitar tahun 1920 – 1940 M, pada saat Bandrong dipimpin oleh Guru Besar Ki Marip, datang seorang tokoh persilatan Betawi dari Cempaka Putih Jakarta ke pesisir Pulokali Bojonegara, yang bernama Hilmi, yang populer disebut Bang Imi. Kedatangannya untuk bersilaturahmi dan ingin menambah wawasan dan pengetahuan di bidang persilatan Banten. Bang Imi adalah pesilat yang menguasai silat Kwitang Betawi. Dalam perkenalannya Ki Marip dan Bang Imi bertukar jurus dalam sebuah pertarungan silat. Dan hanya dalam beberapa langkah Bang Imi dapat dijatuhkan oleh Ki Marip. Dari peristiwa inilah ahirnya Ki Marip dan Bang Imi menjalin persahabatan erat yang pada masa mendatang mempengaruhi aliran Bandrong dengan variasi dan pendalaman jurusnya karena ada unsur silat Kwitang Betawi yang menambah wacana seni yang berbeda. Masuknya unsur-unsur dari aliran silat lain seperti Cimande, Beksi, Kung Fu, Merpati Putih, dll juga menambah kekayaan jurus dan gerak dari aliran Bandrong.

Dari kedua guru besar itu perguruan silat Bandrong berkembang di seputar Bojoneagara, Cilegon, dan Lampung. Terdapat sekitar 30 padepokan silat Bandrong yang tersebar di ketiga daerah tersebut. Masing-masing padepokan mempunyai nama yang berbeda satu dengan yang lain. Tapi tetap mereka berasal dari aliran yang sama yaitu silat Bandrong. Sebut saja beberapa nama seperti Bandrong Sapu Jagat, Bandrong Banteng Malang, Bandrong Jalak Emas, dll. Semua perguruan memakai nama Bandrong didepan nama padepokannya karena mereka berasal dari aliran yang sama. Hanya penambahan gerak dan variasi dari unsur silat betawi dan aliran silat lain membedakan satu padepokan dengan padepokan yang lain.
Murid dan anggota Silat Bandrong tersebar di berbagai daerah tapi tidak terorganisir dengan baik. Hal ini menimbulkan keprihatinan dari para sesepuh dan keluarga besar Bandrong. Atraksi dan seni Bandrong dikenal luas sampai manca negara tapi tetap bagaikan organisasi tanpa bentuk, terkenal dan populer tapi tidak jelas siapa yang bertanggung jawab. Menyadari akan hal ini dan didorong oleh semangat untuk mengangkat jati diri dan kiprah Perguruan Pencak Silat Bandrong, beberapa tokoh persilatan Bandrong pada tahun 2001 mengadakan musyawarah secara maraton yang menghasilkan suatu kesepakatan dan kebulatan tekad “Perguruan Pencak Silat Bandrong harus bangkit kembali.”

Dalam rangka menggali dan melestarikan budaya leluhur Banten, Pencak Silat Bandrong melakukan upaya-upaya pelestarian melalui kegiatan reorganisasi dan pemberdayaan kader-kader Perguruan Pencak Silat Bandrong secara modern dan profesional. Sehingga seni beladiri Bandrong dapat terus mentransformasikan diri dalam dinamika perkembangan jaman. Dan senantiasa memegang teguh amanat leluhur tanpa harus kehilangan jatidiri sebagai pendekar Bandrong.

Setelah berabad-abad dilupakan orang yang bisa dibilang hidup enggan mati tak mau, banyak para tokoh yang merencanangkan perubahan untuk bangkit, berdiri dan bergerak. Dengan dikawal oleh tim sebelas yang terdiri dari sebelas orang tokoh-tokoh Bandrong yang tergabung dalam tim formatur, ahirnya pada bulan Januari 2001 terbentuklah Dewan Pimpinan Pusat Perguruan Pencak Silat Bandrong Periode Deklarasi dan Kebangkitan secara lengkap dengan susunan pengurusnya. Bertempat di Pulokali Bojonegara menetapkan Drs KH Mansyur Muhyidin sebagai Ketua Umum dan A Rafei Sanid sebagai Sekertaris Umum untuk periode 2001 – 2005.

No comments:

Post a Comment

Jika anda ingin berkomentar , berkomentarlah dengan bahasa yang sopan tidak diperkenankan dengan bahasa kasar dan jika saya ada kesalahan pada blog tolong sampaikan